Monday, November 24, 2008
mY wiiz..
DUMELAN PENDEK
Kita sering sekali meneriakan kesetaraan, equall, persamaan dll yang menuju untuk persatuan tanpa memandang jenis kelamin. Tapi aku ajak lagi kepada kalian semua untuk lebih mengingat lagi apa yang pernah kita teriakan. Ajakan ini untuk semua laki-laki dan perempuan, setengah laki-laki ataupun setengah perempuan.
Apakah kita bisa menyebut kesetaraan kalau masih banyak perempuan yang mengambil keputusan untuk dirinya sendiri harus selalu bergantung kepada pacarnya. “pokoknya kamu kalau mau kemana-mana harus bilang dulu sama aku ya?”alih-alih kita khawatir sama sang pacar………
Apakah kita bisa menyebutnya kesetaraan kalau banayak perempuan tidak boleh pergi jika tidak dapat izin dari sang pacar,misalnya; “gue gak ikut reunion ah gak boleh sama cowok gue, ntar dia kecewa lagi”.Itu sih bagus karna kita memang sayang, tapi coba deh hal tersebut kita kurangi, toh semua orang ingin bebas pergi kemana aja tanpa ada yang melarang. Mungkin dengan hal itu akan membuatnya sedikit lebih mandiri.
Apakah kita masih menyebutnya kesetaraan kalau segala keputusan bahkan sekecil apapun keputusan itu harus dengan keputusan satu pihak saja, dalam hal ini pihak laki-laki……
Apakah kita masih menyebutnya kesetaraan kalau perempuan maunya diboncengin melulu, duduk disebelah kanan disaat naik mobil, atau digandeng ketika menyebrang, dibawakan tas ranselnya ketika naik gunung…..
Apakah bisa disebut kesetaraan jika banyak perempuan diragukan kemampuannya dalam melakukan sesuatu, misalnya dalam hal diskusi atau debat coz it`s man`s thing, atau lu gak usah belajar naik motor deh ntar jatuh lagi….
Apakah masih bisa disebut kesetaraan kalu perempuan itu hanya di identikan dengan urusan rumah tangga, misalnya; “elukan cewek, masak dong, ngepel dong……..
Apakh masih disebut kesetaraan jika banyak perempuan menganggap dirinya CANTIK dan IDEAL dengan memakai parameter fisik untuk sebuah pembuktian…
Apakah masih bisa disebut kesetaraan jika wanita dilarang pulang malam dan kemudian di cap `wanita gak bener` oleh keluarga dan lingkungannya. Misalnya, “eh elo kan cewek jangan pulang malam ntar kenapa-kenapa lagi dijalan, hasil diskusinya ntar kita kasih tahu deh”…
Apakh masih disebut kesetaraan jika masih banyak tubuh perempuandijadikan obyek lelucon atau objek obrolan yang `panas` dalm sebuah perbincangan seru…
Apakah masih disebut kesetaraan jika masih banyak perempuan menyerahkan, menyalahkan, dan idak mau melawan sesuatu yang terjadi atas dirinya karena takdir….
Aku mempertanyakan kembali kepada diriku sendiri, kepada kalian semua mengenai kesetaraan, equality dll?
Sudah saatnya kita memberikan kebebasan kepada setiap perempuan untuk dapat mengambil segala keputusan, untuk dapat bertindak, untuk dapat merubah takdirnya sendiri sesuai dengan kemampuannya…
Cheeerrrrssssss…..
INVASI BUDAYA ITU BERNAMA MODERNISME
Gelombang modernisasi yang di hembuskan negara–negara maju, khususnya Amerika Serikat (Barat-sekuler), selalu menimbulkan permasalahan baru terhadap negara Dunia Ketiga. Negara-negara di Amerika Latin misalnya, setelah Perang Dunia II, perekonomian negara-negara ini kacau. Sehingga kemudian negara-negara itu mencanangkan modernisasi dengan memacu industrialisasi atas bantuan negara maju. Mereka menerapkan sistem kapitalisme sebagai model modernisasi. Namun karena mementingkan pertumbuhan ekonomi, industrialisasi telah menciptakan kesenjangan sosial yang begitu tajam. Kaum proletar dan kelas buruh tumbuh dengan cepat. Inflasi melambung, biaya hidup membumbung, ketidakpuasan meluas. Situasi politik menjadi tegang dan labil. Kudeta terjadi di mana-mana dan membuahkan pemerintahan diktator. Pada tahun 1945, misalnya, kelompok militer di Brazilia menggulingkan pemerintahan sipil. Pada tahun yang sama, Kolonel Juan Peron menjadi penguasa tunggal Argentina, setelah mengudeta penguasa sebelumnya. Tahun 1948, Manuel Odria menjadi diktator di
Demikianlah fakta yang terjadi, modernisasi di satu sisi telah menjadikan peradaban Amerika (barat-sekuler) maju dengan begitu pesatnya, akan tetapi di sisi lain modernisasi telah melahirkan berbagai penderitaan yang sangat serius bahkan belum pernah dialami oleh manusia sebelumnya. Keadaan ini, meminjam istilah Prof. Nugroho Notosusanto (1982) pada pidato Dies Natalisnya di Unversitas
Semakin meningkatnya angka kriminalitas yang disertai dengan tindak kekerasan, perkosaan, pembunuhan, judi, penyalahgunaan narkotik, minuman keras, kenakalan remaja, bunuh diri, sampai gejala–gejala psikosis dan neurosis merupakan indikasi dari adanya the agony of modernization ini. Ditambah lagi dengan adanya kesenjangan sosial dan ekonomi di masyarakat yang semakin hari semakin menganga. Kemiskinan seolah tidak mau “ketinggalan”, dia telah menjadi persoalan serius di era modern ini. Pada tahun 1999, data kemiskinan yang tercatat diseluruh dunia sebanyak 1,214 miliar orang. 78% anak-anak balita kekurangan gizi, 11.000 anak perhari mati kelaparan, 200 juta anak perhari menderita kekurangan gizi, protein dan kalori. Lebih dari 800 juta anak kelaparan dan 70% diantara mereka adalah wanita dan anak-anak, Moral pun sedang berada pada titik nadir. perilaku homoseks yang sudah dikecam manusia sejak ratusan tahun, saat ini mulai dilegalkan. Penderita penyakit AIDS, sebagai akibat dari adanya hubungan seks bebas, pemakaian jarum suntik narkoba dan berbagai bentuk kemaksiayan lainnya, tidak menunjukan tanda-tanda penurunan. Alih – alih diperingati setiap tahun, penderita AIDS malah terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 saja data terbaru PBB menyebutkan sudah sekitar 40 juta manusia didunia terjangkit penyakit AIDS. Dan lebih dari 20 juta orang hingga kini telah tewas akibat penyakit yang menyerang system kekebalan tubuh ini. Diperkirakan bahwa sekitar 5,2 juta orang penderita AIDS adalah anak-anak dan setiap harinya 14.000 orang terinveksi virus HIV. Sedemikian “hebatkah” modernisasi mengakibatkan agony of modernization pada masyarakat dunia saat ini?. Jika demikian halnya, seberapa besar peranannya, apa akar masalahnya, serta bagaimana solusinya? Itulah pertanyaan yang insya Alloh akan diuraikan secara sederhana dalam tulisan ini.
Modernisasi merupakan suatu usaha untuk menyebarkan modernisme. Modernisme yang dalam bahasa Arab sepadan dengan kata Al-‘Ashraniyyah merupakan kata bentukan dari bahasa Inggris (modernism). Dengan demikian, Untuk memahami modernisasi tampaknya akan sangat bijak kita merujuk kepada kata asalnya yaitu bahasa Inggris. Kata “modern” sering dinisbatkan pada segala sesuatu–meliputi cara, informasi, konsep,
Di Balik Serbuan Modernisme
Sebagai sebuah negara ideologis (ideologi kapitalis), barat–sekuler memiliki metode untuk menyebarkan pemikiran–pemikirannya yang terpancar dari asas (akidah) ideologinya itu. Pada saat Islam sebagai sebuah ideologi yang teraktualisasi dalam sebuah negara menyebarkan pemikiran-pemikirannya dengan dakwah dan jihad, maka, barat-sekuler menyebarkan pemikiran-pemikirannya itu dengan metode imperialisme (al-isti’mar). pada wilayah inilah modernisasi–sebagai suatu upaya menyebarkan modernisme–bisa dikatakan sebagai sebuah bentuk penjajahan kebudayaan (al-isti’mar ats-tsaqafy / cultural invasion).
Dengan term Modernisme inilah barat-sekuler melakukan suatu perubahan social (social engineering) menuju the new world order. Dengan cara berusaha mengubah masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Tentu yang menjadi “jalan pelicinnya” adalah modernisme. Permasalahannya adalah, Barat-sekuler beranggapan bahwa tipe masyarakat modern itu merupakan tipe masyarakat barat yang sekuler itu. Sedangkan masyarakat tradisional adalah masyarakat yang masih “terhegemoni” oleh nilai-nilai agama yang bersifat transenden dan dogmatis. Dengan kata lain, proses modernisasi itu tiada lain adalah proses sekularisasi. Dengan demikian dapat dipahami di sini bahwa term modernisme lebih pada suatu nilai yang hegemonik dari pada suatu fakta sosial yang harus dikagumi. Sebagai mana yang disadari sendiri oleh Barbara Von Schlegell ketika mengomentari serangan yang menghancurkan WTC beberapa tahun silam, Beliau mengatakan: “Permasalahannya adalah bahwa modernisasi itu rupa-rupanya datang sebagai bungkus globalisasi, dalam arti Amerikanisasi dan invasi pandangan hidup barat.
Jadi modernisasi itu terlihat sebagai sebuah invasi budaya ” Jelasnya, modernisme merupakan term yang dipaksakan oleh negara adikuasa terhadap dunia ketiga–yang pada umumnya negeri-negeri muslim–untuk menerima pemikiran-pemikiran yang semuanya berlandaskan kepada ide pemisahan agama dari kehidupan (baca: sekularisme) yang secara diametral memilki perbedaan dengan aqidah islam. Tujuannya tiada lain adalah tetapnya barat-sekuler pada puncak piramida peradaban yang saat ini menghegemoni dunia. Hal ini wajar, sebab proses imitasi terhadap pola pikir dan budaya kekuatan dominan akan memuluskan program hegemoni pada semua bidang diantaranya dalam bidang bisnis dan ekonomi. Disinilah letak pentingnya modernisme terhadap globalisasi, yang mana seperti yang dikatakan oleh Muhammad Iqbal Anjum dalam sebuah tulisannya pernah mengungkapkan “bagaimanapun dimensi ekonomi telah memainkan peranan yang utama dalam proses globalisasi” (however, the economic dimension has been playing a central role in the process of globalization).
Permasalahannya adalah, seperti yang diungkapkan oleh Revrisond Baswir dalam suatu tulisannya, beliau menyatakan bahwa “globalisasi tidak bisa dilepaskan dari neoliberalisme yang nota bene merupakan ekspansi kepentingan para pemodal negara-negara kaya (para kapitalis)”. Maka hal yang wajar kalau Mahatir Muhammad di akhir kuliah umum di hotel Shangrilla,
Globalisasi merupakan sebuah upaya yang sistematis untuk merombak struktur perekonomian negara-negara miskin, terutama upaya pengerdilan peran negara dan memperbesar peran pasar, hal ini akan memudahkan pengintegrasian negara-negara miskin tersebut kedalam hegemoni para pemodal negara-negara kaya. Sehingga, privatisasi atau swastanisasi kebutuhan rakyat merupakan suatu hal yang niscaya. Ketika keadaannya seperti itu, sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi “al-imamu ra’in wa huwa masuulun ‘an ra’iyatihi” Tidak berlaku lagi di sini, sebab peran negara bukan lagi sebagai “penguasa” yang melindungi hak-hak rakyat akan tetapi, negara sudah menjadi “pengusaha” yang memperhitungkan untung-rugi dalam pengelolaan rakyatnya bahkan mengalihkan fungsi perlindungannya terhadap kepentingan para pemodal negara-negara kaya.
Wanita/perempuan, pada jaman dahulu sering dianggap sebagai manusia yang sangat lemah, manusia yang selalu bergantung kepada lawan jenisnya/laki-laki. Dianggap sebagai manusia yang berbahaya (Reg Vega), manusia yang belum selesai (Aris Toteles), pintu gerbang syeitan (Paus Tertulianus), dan berbagai tuduhan lain yang sangat merendahkan kaum hawa tersebut. Pada zaman sekarang jangan kita pernah mengucapkan kata-kata rendahan tersebut karena wanita saat ini adalah wanita yang ingin disetarakan dengan kaum lelaki. Kita tentu masih ingat dengan emansipasi wanita yang di kumandangkan oleh Ibu R.A. Kartini dengan bukunya “Habis Gelap Terbitlah Terang”, pada saat itu semua wanita mulai tergugah hatinya bahwa mereka juga bisa berperang melawan penjajah.
Feminisme, hal yang satu ini bertujuan untuk menghapus hak istimewa atau semua batasan-batasan yang membedakan segala sesuatu melalui jenis kelamin. Jadi, wanita itu harus sejajar dengan pria bisa melakukan apa yang bisa dilakukan oleh pria. Tempat lahir ide ini adalah di tempat yang masih terdapat pelecehan terhadap wanita. Dan tempat itu adalah semua tempat yang menetapkan aturan adalah manusia. Dunia seakan-akan terbagi menjadi dua yaitu, dunia laki-laki dan dunia dunia perempuan. Mereka mengannggap mereka bisa hidup tanpa laki-laki. Hebaatttt……
Setelah dilecehkan selama-berabad-abad, sudah saatnya membalas hal tersebut dengan menghilangkan batasan-batasan tersebut, tidak ada lagi perbedaan antara laki-laki dan wanita. Wanita jangan lagi ngurusin dapur, ngepel, nyuci, masak dan terkurung disebuah tempat yang namanya rumah, sudah saatnya wanita yang nyari duit suami yang mengurus rumah. Anak-anak itu mah urusan baby sitter.
Mereka melihat hal ini terjadi karena kebanyakan system didunia ini dikuasai oleh laki-laki maka wanita harus dapat menguasai system yang ada, atau minimal setara dengan pria dalam pemerintahan. Wajar bila di
Ide feminisme yang sejak lama didengungkan malah menjerumuskan wanita dalam masalah baru yang cukup pelik malah tidak menghilangkan permasalahan lama, pelecehan terhadap wanita masih terus berlangsung, di negeri George Bush(uk) kekerasan fisik terhadap wanita terjadi setiap 8 detik, dan Pemerkosaan terjadi setiap 6 menit. Gilaaaa…..kapitalisme sialan. Wanita ingin bebas, tapi bebas yang seperti apa ? kayak gimana ? wanita ingin maju, maju dari segi apa ? kayak gimana majunya ? wanita ingin setara, setara seperti apa ? mau dikemanakan pria? semuanya kacau, kagak jelas, konsepnya kabur apalagi solusinya.
Tuesday, November 18, 2008
Tuesday, November 11, 2008
haluu..
yaah meskipun blum bner" tw dunia jurnalistik itu seperti apa tapi ak hev fun ckalii.. dr bwat konsepnya, hunting britanya, ngliput gak kenal waktu ampe pagi"buta, ditolak sana-sini, dikira orang aneh,, pokonya berbagai hal lah gw temukan.. but im very enjoy it... mgkn slh 1 & lain halnyaa krn itu smw dilakukan msh brg temen"qw tersayang,,, ehhehee...
huFhh... hopefully meskipun ini bru tugas, sm9 bs jd awal yg baik bwt ak & tmnqw kedepannya!!!
Sman9aat temaans tugas baru akan menanti qta !!! hohoho xD,,